Selasa, 21 Maret 2017

Klasifikasi Dan Morfologi Buncis (Phaseolus vulgaris

Buncis (Phaseolus vulgaris) berasal dari bahasa belanda yaitu “boontjes”. Buncis adalah tanaman sayuran yang dikonsumsi dalam bentuk polong. Buncis pertama kali berasal dari negara Meksiko Tengah dan Amerika Selatan. Buncis yang dibudidayakan di Indonesia terdiri dari beberapa varietas yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu buncis dengan pohon yang melilit dan buncis dengan pohon yang tegak. Taksonomi buncis (Rukmana, 1994).
 
Klasifikasi Buncis
Klasifikasi Buncis
Kingdom Plantae
Divisi  Spermatophyta (tanaman berbiji) 
Subdivisi Angiospermae (Biji berada di dalam buah) 
Kelas  Dicotiledoneae
Ordo Leguminales
Famili Leguminoceae
Subfamili Papilionaceae
Genus  Phaseolus
Species Phaseolus vulgaris
Morfologi Buncis
Akar

Buncis memiliki akar yang tunggang dan serabut. Akar tunggang buncis masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 11-15 cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar horizontal dan tidak dalam. Perakaran buncis tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek).

Batang

Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat dengan diameter hanya beberapa milimeter, berbulu atau berambut halus-halus, lunak tetapi cukup kuat. Ruas-ruas batang mengalami penebalan, batang bercabang menyebar merata sehingga tampak rimbun, warna batang berwarna hijau ada pula yang berwarna ungu (Cahyono, 2003).

Daun

Daun tanaman buncis berbentuk bulat lonjong, ujung runcing, tepi daun rata, berbulu atau berambut sangat halus, dan memiliki tulang-tulang menyirip. Kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek. Setiap cabang tanaman terdapat tiga daun yang ke dudukannya berhadapan. Ukuran daun buncis bervariasi bergatung varietasnya dengan lebar berukuran 6-7,5 cm da panjang 7,5-9 cm. Sedangkan daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10-11 cm dan panjang 11-13 cm (Cahyono, 2003).

Bunga

Bunga tanaman buncis merupakan bunga sempurna (berkelamin ganda), berbentuk bulat panjang (silindris) dengan ukuran panjang 1,3 cm dan lebar 0,4 cm, kelopak bunga berjumlah 2 buah pada bagian pangkal bunga berwarna hijau, dan tangkai bunga sepanjang 1 cm. Mahkota bunga buncis memiliki warna beragam ada yang kuning, ungu, hijau keputih-putihan, ungu muda dan ungu tua bergantung varietasnya. Jumlah mahkota bunga sebnyak 3 buah dengan 1 mahkota berukuran lebih besar dari lainnya. Bunga buncis merupakan malai (panicle) yang kemudian akan tumbuh tunas-tunas atau cabang (Cahyono, 2003).

Polong

Polong buncis memiliki bentuk dan ukuran bervariasi bergantung pada varietasnya. Ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 20 cm, serta berbentuk silindris agak panjang 12-20 cm. Warna polong pun beragam ada yang berwarna hijau tua, ungu, hijau keputih-puthan, hijau terang, hijau pucat dan hijau muda. Polong buncis memilki struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan tidak, serta ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak. Polong tersusun bersegmen-segmen, jumlah biji dalam satu polong bervariasi 4-14 butir per polong bergantung panjang buncis.

Biji

Biji buncis memiliki warna yang bervariasi bergantung varietas, memiliki rasa hambar dan akan mengeras jika umur buncis semakin tua. Biji buncis berukuran lebih besar dari kacang pada umumnya dan berbentuk bulat, lonjong dengan bagian tengah (mata biji) sedikit melengkung (cekung), berat biji buncis berkisar antara 16-40,6 gram per 100 biji bergantung varietas.

Pada umumnya varietas buncis (benih buncis) yang kini beredar di pasaran merupakan introduksi dari negara penghasil benih unggul seperti negara Taiwan, Belanda, Australia, Hawai, dan negara lainnya. Buncis-buncis tersebut diantaranya varietas green coat, purple coat, gypsy, Early Bush, lebat-1, hawkesburu wonder, richgreen, monel, spurt, strike. Disamping varietas-varietas tersebut terdapat varietas yang dapat menghasilkan buncis hingga 20 ton/ha seperti varietas babud (varietas lokal bandung), varietas lokal Surakarta, varietas Taipei No.2, Goldrush, flo,farmer early, green leaf dan masih banyak varietas lainnya. Pada penelitian ini varietas yang digunakan petani responden pada umumnya adalah varietas lokal Bandung (babud) petani biasanya menyebutnya dengan sebutan varietas lokal (Cahyono, 2003).

Pengertian Sekam Padi

Sekam padi sering diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses penggilingan padi. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam masih tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan (Aziz, 1992).
Sekam padi terdiri dari lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terspisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan (Aziz, 1992).
Struktur sekam padi memiliki empat lapisan yaitu epidermis terluar yang dilapisi kulit ari, Scelerenchyma, Spongi parenchyma, epidermis terdalam. Dari keempat lapisan di atas sekam padi meiliki silikon yang dominan pada kedua lapisan epidermisnya yang berfungsi sebagai pengeras dan pelindung gabah terhadap jamur (Aziz, 1992).
Sifat kimia sekam padi secara umum tersusun atas komponen organik dan anorganik. Komponen organik meliputi karbohidrat yang didominasi oleh selulosa dan hemiselulosa. Protein kasar dalam sekam padi sekitar 3% dan lipid 0,039-2,98% (Primo dkk, dalam Luh, 1980). Jumlah lignin murni dalam sekam padi sekitar 19,20-24,47% (Lenzio dalam Luh, 1980). Vitamin yang dikandung dalam sekam padi diantaranya thiamin, riboflavin, dan niacin kemudian sekitar 13,2-29,0% dari berat sekam padi adalah komponen anorganik seperti Fe, Ca, Mg, P, dan lain-lain merupakan senyawa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan padi (Houston dalam Luh, 1980).
Sekam dikategorikan sebagai biomasa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tengga petani. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan (Houston dalam Luh, 1980).

Deskripsi Sirih

Sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang merambat atau menjalar yang termasuk famili Piperaceae dan sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti. Tanaman sirih tumbuh subur disepanjang asia tropis hingga afrika timur, menyebar hampir diseluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India, hingga Madagaskar. Tinggi tumbuhan sirih dapat mencapai 15 m, tergantung pada kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang bewarna coklat kehijauan berbentuk bulat dan beruas. Daun berbentuk meyirip berujung runcing, tangkai teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau yang sedap jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-1-cm, warna daun berfariasi dari kuning dan hijau. Buah berbentuk bulat, berdaging, dan bewarna kuning kehijauan dan tumbuhan sirih mempunyai akar tunggang berbentuk bulat coklat kekuningan (Moeljanto & Mulyono, 2004).
Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan merangsang disebabkan oleh senyawa kimia kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Disamping itu faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah tergantung dari jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai kebagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan. Sirih mengandung minyak atsiri seperti; kedinen, kavkol, sineol, eugenol, kariofolen, karvakol, terpinen, danses kuiterpen dan memiliki banyak khasiat, diantaranya untuk mengurangi produksi ASI yang berlebihan, sakit jantung, mengobati keputihan, sipilis, alergi, diare, pendarahan gusi, bronchitis, batuk, sakit mata, bau mulut, minyak sirih sebagai obat gosok atau pewangi pada sabun mandi. Untuk menghasilkan minyak sirih murni digunakan cara ekstraksi untuk mendapatkan campuran alkohol dan minyak sirih dan destilasi untuk memisahkan campuran minyak sirih dengan alkohol.
Klasifikasi Dan Morfologi Sirih Hutan
Sirih Hutan (Piper aduncum Linn) termasuk jenis tumbuhan merambat dan merupakan keluarga dari daun sirih. Sirih hutan merupakan tumbuhan tropis, tumbuh tegak dengan tinggi 3-8 m. Banyak tumbuh didaerah seperti semak belukar, di huatn, tepi sungai dan lereng-lereng jurang. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari Meksiko bagian Selatan di Caribbian, dan di Amerika selatan lainnya. Dan juga tumbuh didaerah tropis seperti Asia, Florida, Hawai, Melanesia dan Puerte riko.

Adapun klasifikasi dari daun sirih hutan adalah:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper aduncum Lim (Agusta, 2000)

Morfologi dari daun sirih hutan 
  1. Batang: Berkayu, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata pada setiap buku, tangkai berbulu halus, silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm, pertulangan menjari, hijau muda.
  2. Bungan: Majemuk, bentuk bulir, berklamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-1,25 mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil, bakal buah duduk, kepala putik 2 sampai 3, pendek, putih, putih kekuningan.
  3. Buah: Buni, bertangkai pendek, panjang bulir 12-14 cm masih muda bewarna kuning kehijauan setelah tua bewarna hijau.
  4. Biji: Kecil bewarna coklat
  5. Akar: Tunggang bewarna putih kecoklatan

Klasifikasi Dan Morfologi Tumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada sekitar tahun 1942, dimana masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar perkarangan (Hambali dkk, 2006). Jarak pagar masih satu kerabat dengan tanaman karet dan ubi kayu.
Klasifikasi Tumbuhan Jarak Pagar
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L
Morfologi Tumbuhan Jarak Pagar
Menurut Hambali dkk (2006), tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1-7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan bila terluka akan mengeluarkan getah. Bagian-bagian tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:
Daun
Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5, daun tersebar disepanjang batang, permukaan atas daun bewarna hijau dan bagian bawah lebih pucat dibanding permukaan atas, daunnya tebal dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5-15 cm, helaian daun bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing, tulang daun menjari dengan jumlah 5-7 tulang daun utama.
Bunga
Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai, bewarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman). Bunga betina 4-5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh diujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan bewarna kuning. Tangkai putik melengkung keluar bewarna kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota bewarna keunguan.
Buah
Buah tanaman pagar berupa kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah bewarna hijau ketika muda serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan bewarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak sekitar 35-45% dan beracun. 

Pengertian Kompos

Kita ketahui bahwa sebenarnya bahan baku kompos adalah sampah. Sampah merupakan limbah padat yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dibuang atau dikelola agar tidak mencemarai lingkungan dan membahayakan kesehatan. Oleh karenanya, sampah harus ditanggulangi sebaik-baiknya. Pengolahan sampah organik menjadi kompos itu dapat mengatasi masalah lingkungan sebab bisa mengubah lingkungan yang semula kotor, berbau, dan sebagai tempat hinggap lalat menjadi lingkungan yang bersih. Segala timbunan sampah yang semula tidak berguna dapat dimanfaatkan lagi (Murbandono, 2001).
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapuka karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air seni (kencing), dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembat (Murbandono, 2001).
Kompos yang baik adalah yang mengandung bahan asing kurang dari 0,5%. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengomposan bahan baku harus dipilih terlebih dahulu. Tujuan dari pemilihan ini adalah agar bahan yang akan dikomposkan bener-bener terbebas dari bahan-bahan lain yang tidak dapat dikomposkan dan bahan-bahan lain yang mengandung logam berat tinggi atau bahan yang berbahaya lainnya. Beberapa bahan yang tidak boleh dicampur dalam tumpukan kompos , diantaranya adalah bahan-bahan dari gelas, plastik, karet, logam, nilon, serat buatan, tanaman, cabang dan buah dengan duri yang keras, serta gulma tahunan yang tidak dapat dihancurkan oleh panas (Murbandono, 2001).
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk yang segar, karena dalam proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan, daun), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, kelinci), arang sekam, dan abu dapur (Musnawar, 2003).
n ke tanah, mikroba tersebut akan berperan mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.Adapun klasifikasi dari jamur Trichoderma sp. adalah sebagai berikut (Dwidjoseputro, 2005).
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Subdivisio : Pezizomycotina
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp
Efective Microorganisme-4 (EM-4)
Efective Microorganisme-4 (EM-4) berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes, dan ragi. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan, berasal dari alam Indonesia asli, bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu proses penyerapan unsur hara (Marsono, 2002). Salah satu genus yang terkandung dalam bioaktivator EM-4 adalah Lactobacillus. Berikut adalah klasifikasi Lactobacillus (Dwidjoseputro, 2005).
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactubacillus
Spesies : Lactobacillus sp.
Stardec 
Stardec mengandung beberapa mikroba pengurai limbah, yaitu mikroba lignolitik, mikroba selulotik, mikroba proteolitik, mikroba lipolitik, mikroba aminolitik, dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Fix-Up Plus
Fix-Up Plus mengandung sejumlah bahan makanan dari hormon alamiah yang dibutuhkan untuk pengembangbiakan dan pemenuhan aktivitas bakteri pengurai limbah dalam proses pengomposan.
Orgadec
Orgadec mengandung dua mikroba pengurai, yaitu Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp.
Bioaktivator Harmony
Pada dasarnya, bioaktivator harmony ada dua jenis yaitu harmony BS yang mengandung bakteri Bacillus subtilis, dan harmony P yang mengandung mikroba dan dapat memutuskan ikatan P didalam tanah. Dalam pembuatan kompos, kedua bioaktivator tersebut digunakan secara bersama-sama.