Karakteristik Tanaman Lada
Lada merupakan tanaman yang tumbuh merambat pada sebuah tajar yang mati
atau hidup. Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim
tropis dengan temperatur optimum 23°C sampai 30°C dan curah hujan
sebesar 2000 hingga 2500 mm per tahun yang merata sepanjang tahun.
Tanaman ini sangat baik ditanam pada lahan yang agak miring, subur
secara fisik dan ekonomi dan dengan drainase yang baik serta mendapat
sinar matahari yang cukup.
Lada (Piper nigrum L) termasuk keluarga Piperciae yang meliputi ratusan jenis tanaman lada. Di Indonesia dijumpai sekitar 40 jenis lada. Jenis lada yang dikenal di daerah-daerah penghasil lada ialah Kerinci, Jambi, Bangka, dan Bulok Belantung. Lada Kerinci, Jambi, dan Bangka termasuk lada dengan buah besar tetapi tidak tahan penyakit busuk pangkal, sedangkan lada Bulok Belantung buahnya kecil tetapi agak tahan terhadap penyakit tersebut. Selain itu, juga terdapat jenis Bengkayang dan Kucing di Kalimantan Barat.
Pembibitan lada dapat dilakukan dengan cara menyemai biji lada yang sudah cukup tua (berwarna merah atau kuning) dan dengan cara stek cabang. Proses pemeliharaan tanaman lada terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemberantasan tumbuhan pengganggu, mulching, pemupukan, pemangkasan ,dan pengendalian hama dan penyakit. Penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada adalah penyakit busuk pangkal batang (Phytophtora Capsici) dan penyakit kuning.
Berdasarkan perbedaaan waktu pemetikan dan proses pengolahan dikenal dua jenis lada yaitu lada hitam dan lada putih. Kedua jenis ini berbeda dalam persyaratan bahan olah, cara pengolahan, waktu pengolahan, dan biaya pengolahan. Perbedaan kedua jenis lada ini juga terdapat dalam hal pengolahan lanjutan serta gradingnya yang sesuai dengan spesifikasi pasaran dunia.
Lada putih adalah buah lada yang dipetik saat matang penuh, kemudian dilepaskan kulitnya dengan cara merendam dalam air yang mengalir selama kurang lebih dua minggu lalu dijemur selama tiga hari. Sementara itu, lada hitam adalah buah lada yang dipetik saat matangpetik (kulit masih hijau) dan langsung dijemur selama tiga hari tanpa direndam terlebih dahulu. Di Indonesia sentra produksi lada hitam (Lampung Black Pepper) terdapat di daerah Lampung dan Kalimantan Timur, sedangkan untuk lada putih (Muntok White Pepper) terdapat di daerah Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi.
Sebagai barang ekonomis lada dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan, antara lain sebagai bumbu masakan dan pengawet daging. Selain itu, dalam hal farmasi lada sering digunakan sebagai bahan pembuat obat serta bahan wewangian. Lada hitam umumnya diolah lebih lanjut menjadi oleoresin lada (pepper oleoresin) atau minyak lada (pepper oil). Minyak lada terutama digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai macam industri makanan dan juga dipakai dalam industri kosmetika dan farmasi. Salah satu jenis obat yang dapat dibuat dari minyak lada adalah balsam lada dalam bentuk krim. Sementara itu, lada putih dapat diolah lebih lanjut menjadi lada bubuk (ground pepper).
Selain itu, produk lada lainnya adalah lada hijau yang merupakan produk olahan dari lada dimana warna hijaunya dipertahankan. Lada hijau memiliki rasa yang khas, warna dan penampakannya alami sehingga dapat digunakan sebagai bahan hiasan pada makanan dan dapat dipakai langsung pada makanan yang dihidangkan. Berdasarkan cara pengolahannya dikenal beberapa bentuk lada yaitu lada hijau dalam bentuk kering, lada hijau dalam bentuk larutan garam, dan lada hijau dalam bentuk beku. Dari lada hijau dapat juga diolah menjadi green pepper sauce.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar