Selasa, 21 Maret 2017

Jagung

Jagung (Zea mays L) adalah Tanaman yang termasuk kedalam rumput-rumputan dengan batang tunggal, namun tidak jarang juga ditemukan anakan/cabang pada beberapa genotip dan lingkungan tertentu. 

Klasifikasi Dan Morfologi Jagung

Cara masyarakat indonesia mengkonsumsi jagung adalah dengan dibakar, direbus, dibuat bahan campuran sayur, dan juga diolah dengan dengan pabrik yang akan menghasilkan berbagai macam produk. Jagung juga sangat bermanfaat bagi tubuh manusia karena mengandung protein, karbohidrat, aklsium serta dapat juga mencegah kenker, mencegah anemia, dan menambah daya kekebalan tubuh.
Klasifikasi Tanaman Jagung
  
Klasifikasi Jagung
Kingdom  Plantae 
Subkingdom  Tracheobionta 
Super Divisi  Spermathopyta 
Divisi               Magnoliophyta
Kelas              Liliopsida
Sub Kelas      Commelinidae
Ordo             Poales
Famili             Poacae
Spesies           Zea Mays L
Morfologi Tanaman Jagung
1. Perakaran

Pada umumnya jagung memiliki tiga akar serabut yang terdiri dari: a). akar seminal, b). akar adventif, dan c). akar penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Setelah plumula muncul ke permukaan, maka alaju pertumbuhan akar seminal akan melambat dan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang pada awanya tumbuh dari buku ujung misokotil, dan akan terus tumbuh dan berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku. Akar adventif akan berubah menjadi akar serabut. Fungsi akar adventif pada tanaman jagung adalah untuk penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah. Berat keseluruhan akar jagung, yaitu 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar penyangga adalah akar adventif yang terletak pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Akar penyangga ini berperan membantu dalam penyerapan unsur hara dan air serta menjaga tanaman jagung agar tetap berdiri tegak dan mencegah kerebahan batang.
2. Batang dan Daun

Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdapat sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas inilah yang akan tumbuh tunas dan terus berkembang menjadi tongkol. Dua tunas bagian atas akan berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaranlingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang.

Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Paliwal 2000). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm). Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa genotipe jagung memiliki antocyanin pada helai daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun. Intensitas warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga sangat kuat.

Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul . Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula.

3. Bunga

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua
lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.

4. Tongkol dan biji jagung

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10- 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar