Selasa, 21 Maret 2017

Kebutuhan Nutrisi Jamur Tiram Putih

Menurut Gunawan (2001), jamur memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi tersebut dapat langsung diperoleh dari media yang  ada disekitarnya secara langsung dalam bentuk unsur, ion, dan molekul sederhana. Berikut ini adalah nutrisi yang diperlukan oleh jamur yaitu:
1. Karbon
Karbon merupakan unsur dasar pembangun sel dan sumber energi yang diperlukan oleh sel jamur. Semua senyawa karbon tampaknya dapat digunakan oleh jamur, seperti monosakarida, polisakarida, asam organik, asam amino, alkohol, asam lemak, lemak, selulosa, dan lignin.
2. Nitrogen
Nitrogen diperlukan dalam sintesis protein, purin, dan pirimidin. Kitin yang merupakan polisakarida yang umum dijumpai pada dinding sel jamur juga mengandung nitrogen. Sumber nitrogen yang umum digunakan untuk pertumbuhan jamur yaitu nitrat, amonium, dan nitrogen organik. Pada budidaya jamur, sumber nitrogen organik dapat dipebuhi dari pupuk orea. Tidak satupun jamur dapat menambat nitrogen bebas dari udara.
3. Mineral
Sulfur diperlukan untuk membentuk asam amino seperti sisteina dan metionina, vitamin seperti tiamina dan biotin. Kebanyakan jamur menggunakan sulfur dalam bentuk sulfat. Magnesium merupakan unsur yang penting pula. Banyak enzim diaktifkan oleh adanya magnesium meskipun hanya ada jumlah yang sangat kecil, sedangkan unsur lain seperti besi, mangan, dan molybdenum, diperlukan dalam jumlah kecil.
4. Vitamin
Vitamin merupakan molekul organik yang diperlukan dalam jumlah kecil dan tidak digunakan sebagi sumber energi atau bahan dasar sel. Vitamin diperlukan sebagai koenzim. Seperti halnya mineral, kebutuhan vitamin ini tersedia dimedia tanam.

Pengertian Tanah

Tanah merupakan campuran berbagai mineral, bahan organik, dan air yang dapat mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur lepas dan mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari bahan induk oleh proses-proses pelapukan fisik, kimia dan biologis. Susunan bahan organik terdiri dari sisa-sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau pembusukkan. Sejumlah besar bakteri, fungi, dan hewan-hewan seperti cacing tanah dapat ditemukan di dalam tanah.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi hara, air, udara, dan kondisi klimatis tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. sehingga tanaman mampu melakukan proses fisiologis, vegetatif dan generatif. Unsur hara atau nutrien adalah unsur, zat, senyawa yang penting. Unsur tersebut harus terdapat di dalam tanah, terutama pada butir liat dan air tanah yang tersedia pada pori mikro atau pori kapiler. Selain itu udara tanah yang harus terdapat dan tersedia pada pori makro dan pori aerasi tanah (Subroto, 2005). Bahan organik merupakan sumber makana bagi mikroorganisme di dalam tanah. Selain senyawa organik, tanah mengandung pula bahan-bahan anorganik seperti nitrogen, fosfor, kalium, yang kandungannya kadang jauh berbeda antara tanah yang satu dengan tanah yang lainnya. Melalui reaksi-reaksi kimia yang terjadi seperti reaksi pertukakaran kation akan menentukan sifat kimia tanah diantara komponen-komponen aktif secara biologis dari bahan organik tanah adalah, polisakarida, gula-gula amino, nukleusida, dan bahan belerang organik, serta senyawa-senyawa fosfor (Achmad, 2004).

Klasifikasi Dan Morfologi Jamur Tiram Putih

Morfologi Jamur Tiram Putih
Bentuk morfologi jamur bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana yaitu terdiri atas satu sel (pada khamir/yeast), bentuk serat atau miselia (misalnya jamur tempe atau oncom), bentuk tubuh buah (misalnya jamur merang, jamur kancing, jamur shitake, bentuk bilah, bunga karang, payung sampai kulit kerang (tiram), sehingga masyarakat menyebutnya jamur tiram (Suriawiria, 2002).
Menurut Soenanto (2001), jamur tiram putih atau white mushroom juga dikenal dengan istilah jamur shimeji (Jepang). Sesuai dengan namanya jamur ini memiliki tudung atau buah yang bewarna putih susu, dan diameter tudung jamur dewasa 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi didak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, coklat, atau coklat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa), tepi menggulung kedalam, pada jamur muda sering bergelombang atau bercuping. Daging tebal, bewarna putih kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih keabuan dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkainya pendek kokoh, dan tidak ditengah atau lateral (tetapi ada juga dipusat), panjang 0,5-0,4 cm, pada umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Warna spora putih sampai ungu atau abu-abu keunguan, berukuran 7-9 x 3-4 mikron, bentuk lonjong, dan licin.

Pengertian Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena dipakai untuk 2 kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Sumber daya ini biasanya dapat ditemui diperairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem trumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat dihidup di atas subtrat pasir dan karang mati. Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juka banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banya dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp.
Perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput laut dengan teknik pengolahan yang mudah, penanganan yang sederhana dengan modal kecil sehingga di Indonesia berkembang industri pengolahan rumput laut. Salah satu diantaranya adalah PT. Bantimurung Indah Kab. Maros Sulawesi Selatan yang mengolah rumput laut jenis Euchema contonii dan Euchema spinosum (Yustin, dkk., 2005). Rumput laut atau yang biasa disebut dengan seaweed merupakan tanaman makroalga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umumnya hidup di dasar perairan. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia (Juneidi, 2004).
Menurut Afrianto dan Liviawati (1993) fungsi dari akar, batang dan daun yang tidak dimiliki oleh rumput laut tersebut digantikan dengan thallus. Karena tidak memiliki akar, batang dan daun seperti umumnya pada tanaman, maka rumput laut digolongkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Bagian-bagian rumput laut secara umum terdiri dari holdfast yaitu bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada subtrat dan thallus yaitu bentuk-bentuk pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan. Rumput laut memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallusnya. Nutrisi terbawa oleh arus air yang menerpa rumput laut akan diserap sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembangbiak. Perkembangbiakan rumput laut melalui dua cara yaitu generatif dan vegetatif.
Ditinjau secara biologi, rumput laut merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam rumput laut terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Berbagai jenis rumput laut seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagi sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensila keragenan yang dibutuhkan untuk industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat (Herawati, 1997).
Selain yang telah disebutkan di atas di dalam rumput laut juga terdapat mineral esensial (besi, iodin, alumunium, mangan, kalsium, nitrogen dapat larut, phospor, sulfur, chlor, silikon, rubidium, strontium, barium, titanium, kobalt, boron, tembaga, kalium, dan unsur-unsur lainnya yang dapat dilacak), protein, tepung, gula, dan vitamin A, B, C, D. Persentase kandungan zat-zat tersebut berfariasi tergantung dari jenisnya. Pemanfaatan rumput laut yang demikian besarnya disebabkan dalam rumput laut terkandung beragam zat kimia dan bahan organik lain seperti vitamin (Aslan, 1998).

Klasifikasi Dan Morfologi Rumput Laut

Dalam hal ini klasifikasi berdasarkan taksonomi dari rumput laut jenis Eucheuma sp dengan digolongkan sebagai berikut:
Divisio : Rhodophyta
Phyllum : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Solierisceace
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma sp
Morfologi Rumput Laut
  • Nama daerah (dagang) yang lebih dikenal untuk jenis ini yaitu Eucheuma cottonii.
Ciri-ciri
Ciri-ciri Eucheuma cottonii yaitu thallus silindris, permukaan licin cartilageneus (menyerupai tulang rawan/muda) serta bewarna hijau terang, hijau olive dan coklat kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan) dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan tiga-tiga).
Habitat
Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karen itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni dan indikator jenisnya (spesies indikator) antara lain jenis Caulerpa, Hypnea, Turbibaria, Padina, Gracialria dan Gelidium. Eucheuma cottonii tumbuh dari rataan trumbu karang dangkal sampai kedalaman 6 meter, melekat di batu karang, cangkang kerang, dan benda keras lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus dengan salinitas (kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28-34 per mil. Oleh karenanya, rumput laut jenis ini akan hidup bila jauh dari muara sungai. Jenis ini telah dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga tidak perlu melekat pada subtrat karang atau benda lainnya (Anggadireja, 2006).

Pengertian Insektisida Nabati

Menurut Sudarmo (2005), insektisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Insektisida nabati adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau berasal dari alam. Insektisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Menurut Kardinan (2003), beberapa tumbuhan telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga, dengan cara menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga.
Insektisida nabati memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan jika dibandingkan dengan insektisida sintesis. Secara umum, adapun beberapa keunggulan dari insektisida nabati, antara lain:
  1. Jenis insektisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan (ramah lingkungan).
  2. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
  3. Dapat membunuh hama dan mencegah penyakit pada tanaman.
  4. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tumbuhan: tumbuhan orok-orok, kotoran ayam.
  5. Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit secara geratis (ekonomis).
  6. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis (Novizan, 2002).
Sedangkan beberapa kelemahan pestisida nabati antara lain:
  1. Karena residunya mudah hilang, maka ketetapan waktu pemberian ekstrak agar efektif harus diperhatikan dan mungkin harus sering diaplikasikan.
  2. Memiliki residu racun yang lebih rendah dibandingkan insektisida sintesis.
  3. Produksi insektisida nabati secara masal untuk keperluan komersial masih menghadapi beberapa kendala (Novizan, 2002).
Pengujian Insektisida Nabati
Untuk mengetahui kemanjuran suatu produk insektisida nabati, diperlukan suatu pengujian kemanjuran. Pengujian dilaksanakan di laboratorium atau di ruangan terlebih dahulu dan selanjutnya dilaksanakan di lapangan (Sudarmo, 2005).
Pada dasarnya pengujian insektisida nabati ini dengan metode sederhana dapat dikelompokan menjadi: (1) metode residu pada daun; (2) pengujian efek kontak; (3) metode pencampuran makanan; (4) pengujian efek sistemik (Sudarmo, 2005).
Proses Masuknya Racun Ke Tubuh Serangga 
Menurut Prasetiyo dan Yusuf (2004), dilihat dari cara kerja insektisida dalam membunuh hama dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
  1. Racun perut, merupakan racun yang mampu membunuh serangga melalui pencernaannya.
  2. Racun kontak, merupakan racun yang mampu membunuh serangga melalui kontak atau sentuhan.
  3. Racun gas atau fumigant, merupakan racun yang mampu mengendalikan serangga melalui sistem pernapasannya.

Fungsi Protein

Menurut Winarno (2004), protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut dan lain-lain.
a. Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercapat atau dibantu oleh senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon diokasida sampai yang sangat rumit seperti replika kromosom.
Hampir semua enzim menunjukan daya katalitik yang luar biasa dan biasanya dapat mempercepat reaksi sampai beberapa juta kali. Sampai kini lebih dari seribu enzim telah dapat diketahui sifat-sifatnya dan jumlah tersebut masih terus bertambah. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.

b. Alat Pengangkut dan Alat Penyimpan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya himoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedang mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hai sebagai kompleks dengan feritin, suatu protein yang berbeda dengan transferin.
c. Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran. Pergerakan flagela sperma disebabkan oleh protein.
d. Penunjunag Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.

e. Pertahanan Tubuh/Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bacteria, dan sel-sel asing lain. Protein ini pandai sekali membedakan benda-benda yang menjadi anggota tubuh dengan benda-benda asing.
f. Media Perambatan Implus Syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor; misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.

g. Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagi reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.

Klasifikasi Dan Morfologi Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)

Tumbuhan majapahit (C. cujete L.) berasal dari kawasan tropis benua Amerika dan kemudian menyebarluas hampir diseluruh daerah tropis termasuk Indonesia. Sering dimanfaatkan sebagai pagar hidup dan batas pekarangan di daerah pedesaan. Di kalangan penggemar tumbuhan hias, majapahit lebih dikenal sebagai Calabash tree atau kalebasboom. Dikenal di Indonesia dengan sebutan: Tabu kayu (Sumatra); Berenuk (Betawi, Sunda); Majapahit, Skidel, Sekopal, Sikadel (Jawa); Bila Balanda (Makasar); Buah No (Maluku, Ternate). Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik ditempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1-1.400 m dpl. Ditanam ditempat yang agak ternaung atau sedikit terlindung pun masih dapat berbunga dan berbuah.
Klasifikasi Tumbuhan Majapahit
Klasifikasi tumbuhan majapahit (C. cujete L.) menurut Steenis (1974), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Bignoniaceae
Genus : Crescentia
Spesies : Crescentia cujete L.
Morfologi Tumbuhan Majapahit
Ciri-ciri morfologi dari tumbuhan majapahit adalah berupa pohon dengan tinggi 6-8 m dan berakar tunggang.
a. Batang
Batangnya berkayu, bulat, bercabang simpodial, beralur dan bewarna putih kehitaman.
b. Daun dan Bunga
Daunnya mejemuk, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung membulat, pangkal meruncing, panjang 10-15 cm, lebar 5-7 cm, bertangkai pendek bewarna hijau dan pertulangan daunnya menyirip. Bunga simetris tunggal di cabang dan ranting, kelopak mula-mula menutup (kelopak air) kemudian terbelah bentuk upih. Mahkota bentuk bibir, tabung mahkota membengkok, bentuk lonceng, berperut dengan lipatan melintang. Putik panjang 2cm, kepala putik bentuk corong, bewarna putih. Benang sari ada 4, panjang 2, terdapat sisa-sisa benang sari yang ke 5.
c. Buah dan Biji
Buah buni, bulat seperti bola voli, berdiameter 13-30 cm, hijau kekuningan, kulit buah licin, mengayu tebal dan sering digunakan sebagai wadah tempat air. Biji banyak, pipih, tertanam dalam daging buah yang lumat.

Pengertian Air Tanah

Menurut Namowitz dan Stone (1960), kehadiran air dibagian atas kerak bumi menunjukkan dirinya dalam banyak cara. Air dapat meledak dalam letusan yang mengepul/geyser, mendidih dalam sumber air panas, tuangakan dari celah batu di teras fantastis mineral bewarna atau menetes terus dari mata air lereng bukit. Di bawah permukaan dapat merembes perlahan melalui mantel ke dalam rawa-rawa, danau, sungai, dan sumur atau menjalankan misterius melalui gua-gua bawah tanah.

Air Tanah

Air yang meresap ke dalam tanah akan membentuk suatu sistem aliran air bawah permukaan yang disebut dengan air tanah, yang akan berbeda dengan masing-masing daerah tergantung dari litologi dan bentang alamnya. Litologi atau lapisan batuan yang mengandung air tanah disebut lapisan akuifer. Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi (daerah tangkapan) ke daerah yang lebih rendah (daerah buangan) menuju laut. Daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (catchment area) dimana aliran air tanah jenuh menjauhi permukaan tanah, sedangkan daerah buangan didefinisikan sebagi bagian dari catchment area dimana aliran air tanah menuju permukaan air tanah (Iskandarsyah, 2008 di dalam Kinanti, 2011).
Air tanah (groundwater) biasanya terdapat di akuifer, suatu daerah di bawah permukaan bumi yang terdiri dari bebatuan dan partikel tanah yang tidak terkonsolidasi. Akuifer ini mampu untuk menyalurkan dan menyimpan air. Jumlah air yang tersimpan sebagai air tanah tidak lebih dari 1% jumlah total air di bumi (Indarto, 2010).
Saat ini air tanah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik itu industri, domestik ataupun irigasi. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa air tanah dipakai oleh hampir separuh penduduknya dan untuk kebutuhan air irigasi, sepertiganya berasal air tanah. Di kota-kota besar pemanfaatan air tanah sudah berlangsung lama baik itu untuk industri, perhotelan, dan kebutuhan penduduk. Yang harus diperhatikan bahwa volume air tanah di suatu daerah mempunyai kapasitas yang terbatas, sehingga pengelolaan air tanah harus memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan air yang ada. Bilamana suatu confined akuifer diambil airnya secara bebas (tidak teratur) sehingga kondisi akuifer tersebut berubah dari kondisi jenuh air menjadi tak jenuh air maka karakterisktik akuifer tersebut akan berubah dan tidak akan kembali seperti semula walaupun kondisi tak jenuh air ini dikembalikan lagi menjadi kondisi jenuh air. Ini berarti perubahan suatu kondisi alam akan mempengaruhi sifat-sifat dari suatu bagian alam tersebut yang tidak dapat kembali lagi ke bentuk kondisi semula. Di samping itu, pengelolaan sumber air tanah yang tidak teratur akan menimbulkan permasalahan seperti intrusi air laut dan lain-lain (Robert, 1996).

Pengertian Sistem Akuifer Dan Geologi Air Tanah

Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu:
a. Akuifer
Definisi akuifer ialah lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (lempung, misalnya) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah kuantitas yang ekonomis.
b. Akuiklud
Definisinya ialah lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang kedap (impermeable) dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu akuifer terbatas.
c. Akuitar
Definisinya ialah lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas bawah suatu akuifer semi terbatas.
d. Akuifer Terbatas
Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan akuiklud dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).
e. Akuifer Semi Terbatas
Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitar dan lapisan bawahnya merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat akuitar masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfer.
f. Akuifer Tidak Terbatas
Merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan pembatasnya, yang merupakan akuitar, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas akuitar di lapisan atasnya, batas dilapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.
g. Akuifer Semi Tidak Terbatas
Merupakan akuifer yang jenuh air (saturated) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya yang merupakan akuitar. Pada bagian atasnya ada lapisan pembatas yang mempunyai konduktivitas hidraulik lebih kecil dari pada konduktifitas hidraulik dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.
h. Akuifer Artesian
Merupakan confined aquifer di mana ketinggian hidrauliknya (potentiometric surface) lebih tinggi dari pada muka tanah. Oleh karena itu apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran maka akan timbul air yang memancur (spring), karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut (Robert, 1996).

Klasifikasi Dan Morfologi Tumbuhan Rambutan

Rambutan (Nephelium lappaceum) banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan sebagai tumbuhan liar, terutama di luar Jawa. Rambutan merupakan tanaman dataran rendah hingga ketinggian 300-600 mdpl. Rambutan mampu tubuh dengan tinggi mencapai 8 m, bercabang-cabang, dan daunnya berwarna hijau. Pohon rambutan merupakan pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius). Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh. 
Klasifikasi Rambutan
Klasifikasi Rambutan
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
SubkingdomTracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Rosidae
Ordo Sapindales
Famili  Sapindaceae
Genus Nephelium

Morfologi

Pohon

Pohon rambutan akan menghasilkan bunga setelah berusia 7 tahun jika ditanam dari biji, namun pada usia 2 tahun sudah dapat berbunga jika diperbanyak secara vegetatif. Pohon rambutan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu pohon rambutan jantan dan pohon berbiji tunggal. Pohon jantan tidak pernah bisa menghasilkan buah. Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh musim atau ketersediaan air. Masa kering tiga bulan menghentikan pertumbuhan vegetatif dan merangsang pembentukan bunga. Di daerah Sumatera bagian utara, yang tidak mengenal musim kemarau rambutan dapat menghasilkan buah dua kali dalam setahun. Di tempat lain, bunga muncul biasanya setelah masa kering 3 bulan (di Jawa dan Kalimantan biasanya pada bulan Oktober dan November).

Bungan

Bunga majemuk tersusun dalam karangan, dengan ukuran satuan bunga berdiameter 5 cm atau bahkan lebih kecil. Bunga jantan tidak menghasilkan putik. Tumbuhan berbiji tunggal yang baru berbunga biasanya menghasilkan bunga jantan, baru kemudian diikuti dengan bunga dengan alat betina (putik). Bunga (hermafrodit) memiliki benang sari yang fungsional dan memiliki dua bakal buah, meskipun jika terjadi pembuahan hanya satu yang biasanya berkembang hingga matang, sementara yang lainnya tereduksi. Penyerbukan dilakukan oleh berbagai jenis lebah, namun yang paling sering hadir adalah Trigona, lebah kecil tanpa sengat berukuran sebesar lalat.

Buah

Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" dibagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok). Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Pohon rambutan banyak dibudidayakan karena dalam buah.Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Maret hingga Mei, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga.

Biji

Biji rambutan diperoleh dari buah rambutan yang termasuk keluarga sapindaceae. Biji rambutan berbentuk elips yang ditutupi oleh daging rambutan yang berwarna putih transparan, kulit biji rambutan tipis berkayu. Buah rambutan merupakan buah musiman ketika tiba musim rambutan muncul beberapa masalah yang ada di masyarakat, diantaranya adalah konsumsi buah rambutan yang banyak mengakibatkan sampah kulit dan biji rambutan yang dihasilkan menjadi banyak. Sampah kulit rambutan tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami tekstil (Danang, 2014:3) sedangkan biji rambutan belum bisa dikelola dengan baik oleh masyarakat sehingga pada saat musim rambutan tiba terjadi penumpukan sampah biji Rambutan. Biji rambutan berasa pahit, narkotik dan mungkin beracun karena mengandung saponin.

Kandungan yang terdapat dalam biji rambutan sangat beragam. Sekitar 37% dari biji rambutan merupakan lemak berwarna putih dan dapat dimakan (edible). Lemak biji rambutan terdiri dari asam lemak jenuh yaitu arakhidat (34,7%), stearat (13,8%), erikosenoat (4,2%), dan palmitat (2%), serta asam lemak tak jenuh yaitu oleat (45,3%) (Zee, 1998: 14). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Suwarso dan Hudiyono (1996) terhadap rambutan diketahui bahwa kandungan lemak dalam biji rambutan berkisar 32,4% -36,2% dan mengandung asam lemak oleat, arakhidat, stearat, linoleat, palmitat, laurat dan miristat.

lasifikasi Dan Morfologi Jambu Mete (Anacardium occidentale)

Tanaman jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Di Indonesia, tanaman jambu mete ini banyak tumbuh di daerah Wonogiri, di daerah ini jambu mete sudah ditangani dan diolah secara maksimal oleh pabrik pengolahan biji/kacang mete sesuai standar mutu kacang mete di Indonesia .

Tanaman ini dimanfaatkan mulai dari bijinya atau yang lebih dikenal dengan kacang mete sebagai makanan, daun muda sebagai lalapan, kulit batang pohon sebagai obat kumur atau obat sariawan (Dalimartha, 2005).
Klasifikasi Jambu Mete
Klasifikasi Jambu Mete
Kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan)
SubkingdomTracheobionta
Divisi Magnoliophyta
KlasMagnoliopsida
Subklas Rosidae
Ordo Sapindales
Famili Anacardiaceae
Genus Anacardium L.
Species Anacardium occidentale L.
Morfologi Jambu Mete

Jambu monyet termasuk jenis dikotil atau tumbuhan yang berdaun lembaga dua. Jambu monyet termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Jambu monyet mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna cokelat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna kuning kemerah-merahan adalah buah semu.

Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu monyet yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua yang mengandung getah. (Yuniarti,2008).

Klasifikasi Dan Morfologi Nangka

Nangka memiliki nama latin Artocarpus heterophyllus sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Jackfruit. Dalam dunia botani, nangka termasuk Ordo Urticales atau Famili Moreceae (murbai-murbaian). Hampir semua spesies yang termasuk Famili Moreceaemempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu: bergetah. (Yustina. 1993). Buah Nangka emiliki bentuk bulat lonjong dan memiliki kulit duri tetapi tidak tajam seperti yang terdapat pada buah durian. 

Di Indonesia berabad-abad lamanya masyarakat telah mengenal serta menanam tanaman nangka. Penyebaran tanaman ini semakin meluas hamper di seluruh wilayah Indonesia (Rukmana, 1997). Nama untuk tanaman nangka juga semakin bermacam-macam, di beberapa daerah, nangka mempunyai nama yang berlainan satu dengan yang lain. Di Jawa misalnya, nangka dikenal dengan sebutan Nongko; di Ambon: Anaane; di Aceh: Panaih; di Irian Jaya: Naknak atau Langge; di Lampung: Lamasa atau Malasa (Yustina, 1993).
Klasifikasi Nangka
Klasifikasi Nangka
Kingdom   Plantae (tumbuh-tumbuhan) 
Divisi        Spermatophyta (tumbuhan berbiji) 
Sub-divisi  Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas        Dicotyledonae (biji berkeping dua) 
Ordo    Morales
Family     Moraceae 
Genus      Artocarpus
Spesies  A. Heterophyllus Lamk. (Jackfruit = Nangka)

Morfologi

Bentuk dan susunan tubuh luar (morfologi) dari tanaman nangka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (Rukmana, 1997).
 
Akar.

Struktur akar dari tanaman nangka adalah bentuk bulat panjang, menembus tanah dengan cukup dalam. Akar cabang dan bulu dari akarnya tumbuh mengarah ke segala arah.
 
Batang

Tanaman nangka memiliki batang berbentuk bulat panjang, berkayu keras dan tumbuh lurus tinggi mencapai 25m dengan diameter bisa mencapai 80 cm. 
Daun

Daun tanaman nangka tergolong daun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada bagian ranting tanaman. Permukaan daun nangka bagian atas dan bawah memiliki penampilan yang berbeda. Permukaan daun bagian atas memiliki warna hijau cerah dengan tekstur yang licin, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau tua dengan tekstur yang kasar. Pangkal daun memiliki penumpu berbentuk segitiga dengan warna kuning kecoklatan.
Bunga

Tanaman nangka adalah tanaman berumah satu, artinya dalam satu tanaman dapat dijumpai bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dicirikan dengan bentuknya yang menyerupai gada, bengkok, dan berwarna hijau tua, sedangkan bunga betina dicirikan dengan bentuknya yang menyerupai gada silindris yang pipih.
 
Buah

Buah nangka tergolong buah majemuk semu, artinya buah tersebut tersusun oleh rangkaian bunga majemuk (nyamplung) dan dari luar terlihar seperti hanya satu buah. Di dalam buah nangka (diantara nyamplung) terdapat dami-dami yang sebetulnya merupakan bunga nangka yang tidak terserbuki. Berikut adalah kreteria buah nangka yang baik:
  1. Warna dari kulit buah nangka kehijauan dengan duri yang tumpul dan agak renggang.
  2. Bentuk buah tidak terlalu lonjong.
  3. Daging buah tebal, manis, renyah, tidak banyak mengandung air, memiliki aroma yang khas (berasal dari senyawa etil butirat yang terdapat pada daging buah). 
  4. Ukuran biji buah sedang, tidak terlalu besar maupun kecil. 
Biji

Biji nangka berbentuk bulat lonjong, berukuran kecil dan berkeping dua. Terdiri kulit luar yang berwarna kuning dan agak lunak, kulit liat berwarna putih, dan kulit ari yang berwarna coklat yang membungkus daging buah (Rukmana, 1997).

Klasifikasi Dan Morfologi Buncis (Phaseolus vulgaris

Buncis (Phaseolus vulgaris) berasal dari bahasa belanda yaitu “boontjes”. Buncis adalah tanaman sayuran yang dikonsumsi dalam bentuk polong. Buncis pertama kali berasal dari negara Meksiko Tengah dan Amerika Selatan. Buncis yang dibudidayakan di Indonesia terdiri dari beberapa varietas yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu buncis dengan pohon yang melilit dan buncis dengan pohon yang tegak. Taksonomi buncis (Rukmana, 1994).
 
Klasifikasi Buncis
Klasifikasi Buncis
Kingdom Plantae
Divisi  Spermatophyta (tanaman berbiji) 
Subdivisi Angiospermae (Biji berada di dalam buah) 
Kelas  Dicotiledoneae
Ordo Leguminales
Famili Leguminoceae
Subfamili Papilionaceae
Genus  Phaseolus
Species Phaseolus vulgaris
Morfologi Buncis
Akar

Buncis memiliki akar yang tunggang dan serabut. Akar tunggang buncis masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 11-15 cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar horizontal dan tidak dalam. Perakaran buncis tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek).

Batang

Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat dengan diameter hanya beberapa milimeter, berbulu atau berambut halus-halus, lunak tetapi cukup kuat. Ruas-ruas batang mengalami penebalan, batang bercabang menyebar merata sehingga tampak rimbun, warna batang berwarna hijau ada pula yang berwarna ungu (Cahyono, 2003).

Daun

Daun tanaman buncis berbentuk bulat lonjong, ujung runcing, tepi daun rata, berbulu atau berambut sangat halus, dan memiliki tulang-tulang menyirip. Kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek. Setiap cabang tanaman terdapat tiga daun yang ke dudukannya berhadapan. Ukuran daun buncis bervariasi bergatung varietasnya dengan lebar berukuran 6-7,5 cm da panjang 7,5-9 cm. Sedangkan daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10-11 cm dan panjang 11-13 cm (Cahyono, 2003).

Bunga

Bunga tanaman buncis merupakan bunga sempurna (berkelamin ganda), berbentuk bulat panjang (silindris) dengan ukuran panjang 1,3 cm dan lebar 0,4 cm, kelopak bunga berjumlah 2 buah pada bagian pangkal bunga berwarna hijau, dan tangkai bunga sepanjang 1 cm. Mahkota bunga buncis memiliki warna beragam ada yang kuning, ungu, hijau keputih-putihan, ungu muda dan ungu tua bergantung varietasnya. Jumlah mahkota bunga sebnyak 3 buah dengan 1 mahkota berukuran lebih besar dari lainnya. Bunga buncis merupakan malai (panicle) yang kemudian akan tumbuh tunas-tunas atau cabang (Cahyono, 2003).

Polong

Polong buncis memiliki bentuk dan ukuran bervariasi bergantung pada varietasnya. Ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 20 cm, serta berbentuk silindris agak panjang 12-20 cm. Warna polong pun beragam ada yang berwarna hijau tua, ungu, hijau keputih-puthan, hijau terang, hijau pucat dan hijau muda. Polong buncis memilki struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan tidak, serta ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak. Polong tersusun bersegmen-segmen, jumlah biji dalam satu polong bervariasi 4-14 butir per polong bergantung panjang buncis.

Biji

Biji buncis memiliki warna yang bervariasi bergantung varietas, memiliki rasa hambar dan akan mengeras jika umur buncis semakin tua. Biji buncis berukuran lebih besar dari kacang pada umumnya dan berbentuk bulat, lonjong dengan bagian tengah (mata biji) sedikit melengkung (cekung), berat biji buncis berkisar antara 16-40,6 gram per 100 biji bergantung varietas.

Pada umumnya varietas buncis (benih buncis) yang kini beredar di pasaran merupakan introduksi dari negara penghasil benih unggul seperti negara Taiwan, Belanda, Australia, Hawai, dan negara lainnya. Buncis-buncis tersebut diantaranya varietas green coat, purple coat, gypsy, Early Bush, lebat-1, hawkesburu wonder, richgreen, monel, spurt, strike. Disamping varietas-varietas tersebut terdapat varietas yang dapat menghasilkan buncis hingga 20 ton/ha seperti varietas babud (varietas lokal bandung), varietas lokal Surakarta, varietas Taipei No.2, Goldrush, flo,farmer early, green leaf dan masih banyak varietas lainnya. Pada penelitian ini varietas yang digunakan petani responden pada umumnya adalah varietas lokal Bandung (babud) petani biasanya menyebutnya dengan sebutan varietas lokal (Cahyono, 2003).

Pengertian Sekam Padi

Sekam padi sering diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses penggilingan padi. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam masih tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan (Aziz, 1992).
Sekam padi terdiri dari lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terspisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan (Aziz, 1992).
Struktur sekam padi memiliki empat lapisan yaitu epidermis terluar yang dilapisi kulit ari, Scelerenchyma, Spongi parenchyma, epidermis terdalam. Dari keempat lapisan di atas sekam padi meiliki silikon yang dominan pada kedua lapisan epidermisnya yang berfungsi sebagai pengeras dan pelindung gabah terhadap jamur (Aziz, 1992).
Sifat kimia sekam padi secara umum tersusun atas komponen organik dan anorganik. Komponen organik meliputi karbohidrat yang didominasi oleh selulosa dan hemiselulosa. Protein kasar dalam sekam padi sekitar 3% dan lipid 0,039-2,98% (Primo dkk, dalam Luh, 1980). Jumlah lignin murni dalam sekam padi sekitar 19,20-24,47% (Lenzio dalam Luh, 1980). Vitamin yang dikandung dalam sekam padi diantaranya thiamin, riboflavin, dan niacin kemudian sekitar 13,2-29,0% dari berat sekam padi adalah komponen anorganik seperti Fe, Ca, Mg, P, dan lain-lain merupakan senyawa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan padi (Houston dalam Luh, 1980).
Sekam dikategorikan sebagai biomasa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tengga petani. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan (Houston dalam Luh, 1980).

Deskripsi Sirih

Sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang merambat atau menjalar yang termasuk famili Piperaceae dan sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti. Tanaman sirih tumbuh subur disepanjang asia tropis hingga afrika timur, menyebar hampir diseluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India, hingga Madagaskar. Tinggi tumbuhan sirih dapat mencapai 15 m, tergantung pada kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang bewarna coklat kehijauan berbentuk bulat dan beruas. Daun berbentuk meyirip berujung runcing, tangkai teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau yang sedap jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-1-cm, warna daun berfariasi dari kuning dan hijau. Buah berbentuk bulat, berdaging, dan bewarna kuning kehijauan dan tumbuhan sirih mempunyai akar tunggang berbentuk bulat coklat kekuningan (Moeljanto & Mulyono, 2004).
Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan merangsang disebabkan oleh senyawa kimia kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Disamping itu faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah tergantung dari jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai kebagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan. Sirih mengandung minyak atsiri seperti; kedinen, kavkol, sineol, eugenol, kariofolen, karvakol, terpinen, danses kuiterpen dan memiliki banyak khasiat, diantaranya untuk mengurangi produksi ASI yang berlebihan, sakit jantung, mengobati keputihan, sipilis, alergi, diare, pendarahan gusi, bronchitis, batuk, sakit mata, bau mulut, minyak sirih sebagai obat gosok atau pewangi pada sabun mandi. Untuk menghasilkan minyak sirih murni digunakan cara ekstraksi untuk mendapatkan campuran alkohol dan minyak sirih dan destilasi untuk memisahkan campuran minyak sirih dengan alkohol.
Klasifikasi Dan Morfologi Sirih Hutan
Sirih Hutan (Piper aduncum Linn) termasuk jenis tumbuhan merambat dan merupakan keluarga dari daun sirih. Sirih hutan merupakan tumbuhan tropis, tumbuh tegak dengan tinggi 3-8 m. Banyak tumbuh didaerah seperti semak belukar, di huatn, tepi sungai dan lereng-lereng jurang. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari Meksiko bagian Selatan di Caribbian, dan di Amerika selatan lainnya. Dan juga tumbuh didaerah tropis seperti Asia, Florida, Hawai, Melanesia dan Puerte riko.

Adapun klasifikasi dari daun sirih hutan adalah:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper aduncum Lim (Agusta, 2000)

Morfologi dari daun sirih hutan 
  1. Batang: Berkayu, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata pada setiap buku, tangkai berbulu halus, silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm, pertulangan menjari, hijau muda.
  2. Bungan: Majemuk, bentuk bulir, berklamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-1,25 mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil, bakal buah duduk, kepala putik 2 sampai 3, pendek, putih, putih kekuningan.
  3. Buah: Buni, bertangkai pendek, panjang bulir 12-14 cm masih muda bewarna kuning kehijauan setelah tua bewarna hijau.
  4. Biji: Kecil bewarna coklat
  5. Akar: Tunggang bewarna putih kecoklatan

Klasifikasi Dan Morfologi Tumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada sekitar tahun 1942, dimana masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar perkarangan (Hambali dkk, 2006). Jarak pagar masih satu kerabat dengan tanaman karet dan ubi kayu.
Klasifikasi Tumbuhan Jarak Pagar
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L
Morfologi Tumbuhan Jarak Pagar
Menurut Hambali dkk (2006), tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1-7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan bila terluka akan mengeluarkan getah. Bagian-bagian tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:
Daun
Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5, daun tersebar disepanjang batang, permukaan atas daun bewarna hijau dan bagian bawah lebih pucat dibanding permukaan atas, daunnya tebal dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5-15 cm, helaian daun bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing, tulang daun menjari dengan jumlah 5-7 tulang daun utama.
Bunga
Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai, bewarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman). Bunga betina 4-5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh diujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan bewarna kuning. Tangkai putik melengkung keluar bewarna kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota bewarna keunguan.
Buah
Buah tanaman pagar berupa kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah bewarna hijau ketika muda serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan bewarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak sekitar 35-45% dan beracun. 

Pengertian Kompos

Kita ketahui bahwa sebenarnya bahan baku kompos adalah sampah. Sampah merupakan limbah padat yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dibuang atau dikelola agar tidak mencemarai lingkungan dan membahayakan kesehatan. Oleh karenanya, sampah harus ditanggulangi sebaik-baiknya. Pengolahan sampah organik menjadi kompos itu dapat mengatasi masalah lingkungan sebab bisa mengubah lingkungan yang semula kotor, berbau, dan sebagai tempat hinggap lalat menjadi lingkungan yang bersih. Segala timbunan sampah yang semula tidak berguna dapat dimanfaatkan lagi (Murbandono, 2001).
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapuka karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air seni (kencing), dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembat (Murbandono, 2001).
Kompos yang baik adalah yang mengandung bahan asing kurang dari 0,5%. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengomposan bahan baku harus dipilih terlebih dahulu. Tujuan dari pemilihan ini adalah agar bahan yang akan dikomposkan bener-bener terbebas dari bahan-bahan lain yang tidak dapat dikomposkan dan bahan-bahan lain yang mengandung logam berat tinggi atau bahan yang berbahaya lainnya. Beberapa bahan yang tidak boleh dicampur dalam tumpukan kompos , diantaranya adalah bahan-bahan dari gelas, plastik, karet, logam, nilon, serat buatan, tanaman, cabang dan buah dengan duri yang keras, serta gulma tahunan yang tidak dapat dihancurkan oleh panas (Murbandono, 2001).
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk yang segar, karena dalam proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan, daun), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, kelinci), arang sekam, dan abu dapur (Musnawar, 2003).